Sabtu, 05 Maret 2011

Setiap perayaan Nyepi di Bali

Setiap perayaan Nyepi di Bali selalu identik dengan sosok pecalang. Selain bertugas mengamankan Nyepi, petugas keamanan desa adat ini juga menjadi "polisi" sehari karena berhak menindak warga yang melanggar Catur Brata Penyepian sesuai aturan yang berlaku di masing-masing desa.

Tak sedikit warga yang mencibir pecalang karena dianggap terlalu arogan, tapi pria-pria berbadan tegap ini tak memedulikan apa kata masyarakat dan terus bekerja mengabdi kepada desa adat.

Dari pantauan Kompas.com saat meliput di kawasan wisata Kuta, pihak desa adat Kuta mengerahkan 39 pecalang untuk mengamankan 13 banjar yang berada di kampung turis ini.

Jika dilihat sekilas, pekerjaan sebagai pecalang cukup mudah, hanya memamerkan badan kekar dan memasang ekspresi wajah sangar. Namun, Anda pasti tak membayangkan jika mereka bekerja "ngayah" atau gotong royong sukarela. Tak ada bayaran sepeser pun yang mereka terima meski harus bertugas selama 24 jam saat Nyepi.

"Uang tak ada, yang ada cuma nasi bungkus," ujar Ida Bagus Made Artana, salah seorang pecalang Desa Kuta, kepada Kompas.com, Sabtu (5/3/2011). Bagi mereka, pengabdian lebih penting dari sekadar materi. "Saya ini untuk mengabdi, saya punya desa dan saya cinta desa saya," tegas ayah dua anak ini.

Pada Nyepi tahun ini, pecalang desa Kuta bekerja cukup keras. Selain mengamankan seorang polisi yang memancing di pantai Jerman, mereka juga menahan warga Malaysia yang berkeliaran di Kuta. Demikian catatan online books.grandong.com tentang Setiap perayaan Nyepi di Bali.